Kamis, 22 April 2010
Gua Kreo
Senin, 19 April 2010
11.30 WIB
Saya terbangun dari tidur yang sangat panjang sekali. Nampaknya perjalanan kemarin telah membuat tubuhku sangat menyukai tidur. Sebenarnya ini adalah rute lanjutan dari Backpacking from Bandung to Semarang kemaren Hmm...sepertinya aku kehilangan banyak waktu untuk bepergian. Apa kata, sudah terlanjur niat misi tetap harus dijalankan. Goa Kreo harus ditaklukkan. Masih ada waktu untuk bersiap-siap.
14.15 WIB
Saya menunggu bis jurusan Terboyo – Gunung Pati di pasar samping museum perjuangan Diponegoro. Untungnya kali ini saya tidak perlu menunggu terlalau lama, selang 15 menit sebuah bis mini datang menghampiri dan membawa saya take off.
15.00 WIB
Saya tiba di persimpangan jalan menuju Goa Kreo. Terdapat sebuah gapura besar sebagai penyambut tamu dibarengi dengan mulai turunnya hujan, saya langsung sigap memasang bag cover. Tidak ada pilihan lain, sepertinya saya harus berjalan menuju ke dalam kampung Talung Kacang RW 3. Perjalanan cukup mendaki, lumayanlah untuk membuat penat otot betis. Namun Bro & sys tidak usah khawatir
15.35 WIB
Saya akhirnya bisa melihat papan nama tempat wisata Goa Kreo, namun terpaksa saya harus mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan ke dalam goa mengingat hujan yang semakin lebat. Untunglah ada warung makan kecil, hmm...segelas teh hangat cukup mantap saat ini. Beberapa penduduk lokal berusaha mengajakku berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti, namun setelah paham aku tidak bisa berbahasa jawa mereka dengan tanggap mentranslate-nya ke Bahasa Indonesia. Disana saya berkenalan dengan Pak Kasman selaku RW setempat dan Pak Sumar selaku juru kunci Goa Kreo, beberapa kali Pak RW mengundangku untuk bertamu dirumahnya. Konon Goa tersebut adalah tempat peristirahatan Sunan Kalijaga beserta beberapa pengikutnya ketika membawa kayu jati ke Demak, namun saya tidak akan menceritakan sejarahnya lebih lanjut disini (klik disini untuk cerita lebih detail...).
17.00 WIB
Hujan mulai reda, inilah kesempatanku untuk melihat pertama kalinya ke-eksotisan Goa Kreo. Pos Penjagaan menyambutku dengan senyum ramah para petugas loket yang mempersilahkan masuk dengan gratiss, lumayan bisa hemat Rp. 2.500,-. Beberapa monyet datang menghampiriku, 1, 2, 3...wow banyak sekali. Semula aku cukup takut, gertakan dan pamer gigi taring yang dilakukan oleh beberapa monyet sempat membuat ciut nyaliku. Namun para penjaga memberitahu bahwa mereka semua sudah sangat jinak sekali. Langsung saja saya mengeluarkan sebungkus kacang yang sempat saya beli diwarung tadi, tanpa menunggu lama belasan monyet berdatangan menyerbu kacang yang kuhamburkan di jalanan. Sampai dengan saat ini, aku masih takut untuk memberikan kacang itu langsung dengan tanganku. Lalau aku melanjutkan perjalanan menuju ke arah Goa, disana kembali aku disambut gerbang yang lumayan besar dan “monyet besar” yang sedang berciuman di balik gerbang. Dasar manusia, tidak punya malu...bermesraan di tempat bersejarah seperti ini, kelakuan udah seperti monyet.huh..... Semakin kearah goa suasana semakin rindang dan sejuk sekali, walaupun tiak terlihat banyak penjaga. Namun menurutku disini cukup asri dan bersih. Akhirnya saya tiba di mulut Goa Kreo yang sebetulnya lebih mirip sarang monyet. Disana saya menemukan 2 goa yang cukup besar untuk dimasuki orang dewasa, namun saya memutuskan untuk tidak masuk kedalam saat ini mengingat waktu yang sudah mendekati maghrib dan tidak ada seseorang yang menemani.
18.00 WIB
Saya memutuskan untuk kembali ke warung tempat berteduh tadi untuk bertanya mengenai bis kepulangan ke Semarang. Namun setelah berhasil menanyai beberapa orang, saya dengan berat hati harus menarik keputusan untuk menginap disini karena sudah tidak ada lagi transportasi umum yang bisa digunakan. Setelah melihat-lihat keadaan sekitar, mata saya tertuju pada Pos Kamling yang cukup memenuhi syarat untuk dijadikan hotel dadakan. Setelah meminta izin dengan Pak Kasmani selaku RW kemudian saya mulai mengemasi hotel dadakan yang gratis ini. Untung saja, Mbok Warni dengan kebaikan hatinya membantu saya membersihkan Pos Kamling tersebut.
20.00 WIB
Cuaca sangat dingin sekali, sehingga aku harus mengeluarkan jaket tebal dari dalam ranselku. Tak lama berselang, mbak pemilik warung mengantarkanku beberapa buah pisang dan teh hangat. Terima kasih mbak...lumayan untuk mengusir sedikit rasa dingin yang mulai menusuk. Well, ini akan jadi malam yang panjang.....langsung saja aku menarik dan menelusup kedalam sleeping bag setelah menghabiskan segelas teh hangat untuk segera memimpikan si mbak.....hussss......piye iki to mass...!!!
Selasa, 20 April 2010
04.45 WIB
Suara adzan membangunkanku, bergegas membereskan peralatan dan pergi ke Masjid yang letaknya tidak begitu jauh untuk menunaikan sholat subuh. Selesai sholat, saya kemudian membersihkan diri dan keperluan lainnya. Lumayanlah...airnya cukup bersih dan tersedia.
05.30 WIB
Saya kembali menuju warung untuk sarapan, si mbak mempersiapkan dadar telur dan kuah santan mentimun serta segelas teh hangat untuk angka Rp. 5.000,-. Rasanya nikmat sekali bro ......
06.00 WIB
Saya langsung beranjak ke Goa untuk melihat aktivitas monyet dipagi hari. Mudah-mudahan saya masih bisa melihat mereka sedang bermalas-malasan di sarangnya dipagi hari. Beuh..perkiraanku salah besar, seluruh monyet malahan sedang asyik berjemur menantang teriknya matahari pagi di atas-atas pohon. Ah, aku jadi malu..monyet pun bisa bangun pagi, masa kalah sama monyet. Beberapa monyet datang menghampiriki, kali ini aku lebih percaya diri untuk memberi mereka makan dari tanganku langsung. Wow...sensasinya luar biasa ketika berinteraksi langsung seperti itu. Namun aku tidak mau lagi kehilangan waktu, langsung saja aku melanjutkan perjalanan menuju waterfall yang katanya berada diujung goa. Jalanan menuju air terjun cukup licin dan curam, sehingga aku harus ekstra hati-hati mengingat jika terajadi sesuatu denganku tamatlah riwayatku disini. Tidak ada seorang pun yang akan menolongku disini. Inilah resiko berpetualang seorang diri. Untuk lebih jelas...silahkan download cuplikan dokumenter perjalanan saya disini
08.00 WIB
Saya kembali ke Kota Semarang menggunakan Angkutan Kota jurusan Karang ayu – Gn. Pati dengan ongkos Rp. 3.000,- saja.
For More ekslusif Picture of Kreo Cave
For Download My Documenter Clip From Kreo Cave
Berikut perhitungan Biaya yang saya keluarkan untuk bacpacking from Semarang to Kreo Cave
1. Biaya Bis Terboyo – Gn. Pati Rp. 3.000,-
2. Biaya Makan Rp. 10.000,-
3. Biaya Tiket Masuk Gratiss
4. Biaya Makanan Monyet Rp. 3.000,-
5. Biaya Kr. Ayu – gn Pati Rp. 3.000,-
Total Biaya Rp.19.000,-
Tidak ada komentar :
Posting Komentar