Senin, 20 Januari 2014

Tugu Batu Satam dan Kehidupannya di Malam hari

Belitung - Dingin mengigit kulitku, jaket merah ini tak sanggup melawan serangan malam. Lampu-lampu jalan temaram menuntun langkahku, dan bintang tak berhenti mengerlipkan matanya. Asteroid itu gagah dan hitam, kebanggaan daerah yang baru saja lahir. Batu satam memang terbukti memiliki khasiat, konon mampu menolak bala bagi tuannya. Tabu, tetapi percaya tidak percaya. Bagiku, satam memang memiliki daya pikat, walau tak seindah jamrud, atau sekilau permata, Batu satam terbukti menarik perhatian urang Belitong. 

Horee..!! Anak muda kini punya tempat nongkrong. Ruang publik yang diciptakan oleh pemerintah daerah di tengah kota. Dipadu dengan lampu hiasan yang ciamik, tugu satam seperti model diatas catwalk. Daya tariknya seakan tak pernah padam, anak muda, remaja hingga orang tua tak segan menghabiskan malam disini. Mereka bercanda, saling tertawa, berlarian atau menikmati sepiring jajanan tradisional di seberang jalan. 
Kelakarku semakin seru, bapak tua yang berjualan ketoprak ini cukup “ranjak” (ramah). Alhamdulillah, omsetnya naik drastis sejak ada tempat ini. Toko kelontong dan gerobak penjaja makanan mencoba menyelaraskan diri dengan keindahan bundaran tugu satam, berbagi tempat dengan perkir kendaran bermotor. Aparat keamanan mengawasi dan mengayomi dari arah yang berlawanan, sayangnya tak ada toilet umum disini. 
Malam semakin akut, denyut nadi kehidupan malam tak melemah sedikitpun. Beberapa anak motor berdatangan satu persatu dan menyita perhatian, bertambahlah keramaian. Dan aku masih belum beranjak, kunikmati setiap detik atmosfer ini. Kota ini maju pesat, tak seperti 6 tahun lalu ketika aku merantau ke tanah jawa. Siapapun itu, terima kasih telah membangun tempat ini. (danu_belitong)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar