Belitung - Dingin mengigit kulitku, jaket merah ini tak
sanggup melawan
serangan malam. Lampu-lampu jalan temaram menuntun langkahku, dan
bintang tak
berhenti mengerlipkan matanya. Asteroid itu gagah dan hitam, kebanggaan
daerah
yang baru saja lahir. Batu satam memang terbukti memiliki khasiat, konon
mampu
menolak bala bagi tuannya. Tabu, tetapi percaya tidak percaya. Bagiku,
satam
memang memiliki daya pikat, walau tak seindah jamrud, atau sekilau
permata, Batu
satam terbukti menarik perhatian urang Belitong.
Horee..!! Anak muda kini punya
tempat nongkrong. Ruang publik yang diciptakan oleh pemerintah daerah di
tengah
kota. Dipadu dengan lampu hiasan yang ciamik, tugu satam seperti model
diatas catwalk.
Daya tariknya seakan tak pernah padam, anak muda, remaja hingga orang
tua tak
segan menghabiskan malam disini. Mereka bercanda, saling tertawa,
berlarian
atau menikmati sepiring jajanan tradisional di seberang jalan.
Kelakarku
semakin seru, bapak tua yang berjualan ketoprak ini cukup “ranjak”
(ramah). Alhamdulillah,
omsetnya naik drastis sejak ada tempat ini. Toko kelontong dan gerobak
penjaja
makanan mencoba menyelaraskan diri dengan keindahan bundaran tugu satam,
berbagi tempat dengan perkir kendaran bermotor. Aparat keamanan
mengawasi dan
mengayomi dari arah yang berlawanan, sayangnya tak ada toilet umum
disini.
Malam
semakin akut, denyut nadi kehidupan malam tak melemah sedikitpun.
Beberapa anak
motor berdatangan satu persatu dan menyita perhatian, bertambahlah
keramaian. Dan
aku masih belum beranjak, kunikmati setiap detik atmosfer ini. Kota ini
maju
pesat, tak seperti 6 tahun lalu ketika aku merantau ke tanah jawa.
Siapapun
itu, terima kasih telah membangun tempat ini. (danu_belitong)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar